Kacamata...

 Kacamata itu berwarna putih bening. Pertama kalinya aku tertarik dengan bentuknya karena dia berkata itu cocok untuk wajahku yang tidak terlalu bulat tapi juga tidak lonjong. Katanya pas. Untuk pertama kalinya, aku tidak berpikir panjang lagi dan dengan mantap memilih kacamata itu untuk membantuku melihat. Secara kebetulan saat itu frame kacamataku yang sebelumnya patah menjadi beberapa bagian dan membuatku kesulitan untuk melihat. Aku sangat suka dengan kacamata itu, putih bening, membuatku lebih percaya diri untuk tersenyum ketika diphoto haha. 

Kini, kacamata itu sudah berusia 2 tahun. Seharusnya aku sudah menggantinya dengan yang baru. Lensanya sudah tidak cocok lagi denganku, aku sudah tidak dapat melihat dengan jelas jika aku memakai kacamata itu. 

Akhirnya setelah sekian lama bertarung untuk bersikeras memakai kacamata putih itu, aku berhasil menggantinya dengan kacamata yang baru. Kau tau, aku tidak pernah berpikir bahwa nilai dari kacamata itu sungguh tinggi sampai di mana ketika orang yang menemanimu untuk membeli kacamata tersebut sudah tidak lagi bersamamu. Mungkin memang demikian, tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan untuk kacamata yang kau pakai sehari-hari, akan ada masa tenggat pemakaian yang mau tidak mau harus sudah kamu lepaskan dan kamu ganti dengan yang baru. 

Apa mungkin nilai kacamata ini akan sama seperti relasi kita dengan manusia? Ada masa tenggat di mana kita harus siap untuk kehilangan relasi tersebut. Pada awalnya kita menyesuaikan diri agar relasi itu membuat kita nyaman, lalu lama kelamaan akan semakin terlihat perbedaan yang terkadang tidak bisa lagi kita maklumi. Pada akhirnya, relasi itu harus kita lepaskan dan itu tidak apa-apa. Memang secara alami, begitulah Tuhan menciptakan dunia ini. Relasi denganNya lah yang tidak akan memiliki masa tenggat. Jika hubungan antar manusia sebegini rapuhnya, maka apalagi yang kamu harapkan? Tentu saja memperkuat relasimu dengan yang menciptakanmu, bukan? 

Kacamata itu kini sudah menjadi seonggok kacamata bekas tak bertuan, tidak lagi memiliki nilai guna. Hanya menyisakan kenangan-kenangan yang belum bisa aku hapuskan sampai detik ini. Apa mungkin dengan aku membuang kacamata tersebut, kenangan yang menempel seiring dengan keberadaan kacamata tersebut akan juga menghilang? 

Entahlah. 

Terkadang aku tidak pernah mengerti dengan diriku sendiri. Banyak sekali barang-barang yang kusimpan padahal sudah tidak ada lagi nilai guna di hidupku dan pada akhirnya aku mulai mempertanyakan mengapa aku masih menyimpannya. Akankah nasib kacamata putih bening ini juga akan sama seperti barang-barang lain yang kusimpan tak lagi kupakai? Sudah tak bernilai guna, tetapi masih kuanggap berharga. 

Semoga tidak ya. Semoga aku bisa bergerak maju. 

Popular Posts