Breathless

 Pada akhirnya, tujuanku paling sederhana ketika aku membuka mata di pagi hari adalah...bernapas. Untuk dapat bernapas lega, untuk tidak merasa sesak setiap kali memejamkan mata dan bayangan hal buruk muncul di kepala. Sungguh, akhir-akhir ini rasanya pasokan oksigen di bumi tidak cukup banyak sehingga rasanya sekeras apapun aku menghirup udara, rasanya masih saja sesak. Semua hal terasa sangat memuakkan. Aku selalu merasa marah. Entah itu kepada siapa, mungkin aku marah pada diriku sendiri. Setiap kali napas itu tercekat, aku lupa bahwa yang kuperlukan adalah mengambil napas sedalam-dalamnya dan menghembuskannya perlahan. Sering kali, perasaan tercekat itu seolah mencekikku dan aku merasa ingin pergi saja. 

Semuanya masih terasa sangat berat. Aku berusaha mengingat apa tujuanku tetap bertahan, walaupun Tuhan selalu mengingatkan bahwa ada misi yang belum aku selesaikan. Kamu hidup bukan tanpa tujuan--katanya. Tapi Tuhan, sungguh, saat ini aku benar-benar kehilangan tujuan itu. Rutinitas yang kulakukan setiap harinya tidak memberikan perasaan apa-apa padaku. Aku merasa lebih mirip seperti cyborg yang telah disetting oleh yang punyanya untuk bangun, bekerja dan kembali tidur untuk kembali bangun keesokan harinya. Tidak ada yang berarti. Bahkan rasanya untuk bernapas aku harus meminta ijin terlebih dahulu. 

Hari ini aku mendengar sebuah renungan. 

"Bagaimana jika Tuhan lupa memberi napas padamu di pagi hari?" 

Lalu aku membayangkan kalau suatu hari Tuhan benar-benar lupa melakukannya padaku. Apa yang aku rasakan ya? Apa dunia tanpaku akan jauh lebih baik? Apa ketika Tuhan lupa memberikan napas itu, akan ada setidaknya arti hidupku untuk seseorang? membayangkannya saja aku sudah takut. Aku takut bahwa ekspekstasiku jauh dari realita. Karena pada buktinya, banyak orang yang datang tidak segan untuk pergi kembali tanpa merasakan apapun. Sedangkan aku lebih mirip seperti lalulintas yang membiarkan mereka lewat begitu saja, hanya sebuah persimpangan hingga akhirnya aku benar-benar kembali sendirian. 

Sesak. 

Berulang kali aku mencoba menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, tiga kali berturut-turut, tetapi hatiku tidak pernah merasa lega. 

"Jangan pernah lupa untuk mendekat sama Tuhan, karena aku yang kayak gini aja selalu berusaha untuk mendekat sama Tuhan. " 

pesannya. 

Dengan cara seperti apa aku mendekat, Tuhan? Jangankan mendekat, aku bahkan ingin berlari memelukMu, Tuhan. Memberitahumu bahwa semua ini berat dan aku merasa sendirian. Aku ingin engkau peluk, engkau beritahu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa sesulit apapun hari-hariku, Engkau akan selalu ada di sisiku tanpa aku harus meminta. Buktinya Engkau memang selalu ada di sana. 

Tuhan, aku ingin bernapas lega. 

Semua ini berat. 

Popular Posts