Grief...
Perasaan kehilangan itu tidak pernah menyenangkan. Ketika perasaan kosong itu tiba-tiba hadir, kita tidak bisa menolak lonjakan emosi yang begitu dasyat menimpa diri kita, apalagi ketika kita merasakan sebuah kehilangan yang cukup besar. Kehilangan teman terkasih, bukan karena mereka pindah kerja atau pindah rumah, tapi kembali ke yang menciptakannya. Perasaan itu sungguh tidak menyenangkan. Ada kalanya kita merasa tidak apa-apa, ada kalanya kita merasa bahwa itu sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Tapi ketika perasaan rindu itu datang dan kenangan-kenangan manis yang pernah dialami itu datang secara bertubi-tubi, kita tidak bisa untuk tidak merasakan kepedihan yang luar biasa.
Kehilangannya di dalam kehidupan sehari-hariku memberikan dampak yang cukup luar biasa. Aku masih merasa dia ada di sini dengan keluhannya tentang siswanya sehari-hari. Aku masih merasa dia akan kembali lagi ke keseharianku seperti biasanya, dengan senyum lebarnya dan suara nyaringnya yang bisa kudengar dari luar ketika aku akan masuk ke dalam ruang guru. Aletha, nama yang akan terus aku kenang sebagai sosok yang luar biasa kuat dan luar biasa hebat. Untuk seseorang yang begitu muda dan harus menahan sakit dan kesepian setiap harinya, dia sungguh luar biasa. Aku mengenalnya Desember tahun 2022, ketika dia baru saja datang ke Cimahi setelah menyelesaikan studinya dan melanjutkan pekerjaannya di Cimahi. Sosoknya ramah, dengan badan tinggi kurus yang kupikir memang karena dia kurus saja, bukan karena dia sakit. Sosok yang cukup mudah untuk berbaur dengan orang lain, tidak sulit untuk langsung masuk ke dalam kehidupan pekerjaan kami di Cimahi. Aletha memberi warna baru di Bilingual Cimahi dengan candaan dan keseriusannya dalam bekerja. Tak jarang juga kami harus memberi tahunya untuk tidak terlalu berapi-api karena banyak hal yang dia bisa hadapi dengan santai tanpa harus berapi-api. Tetapi Aletha adalah sosok yang selalu bekerja sepenuh hati, selalu ingin memberikan yang terbaik dalam pekerjaan dan kesehariannya.
2023 ketika dia masuk ke keluarga Bilingual kami, warna Bilingual bertambah seiring dengan berkurangnya guru-guru kami di sini. Aletha adalah sosok pembelajar yang luar biasa, tidak sulit untuk aku memberitahunya untuk bekerja dan mengerjakan pekerjaannya di Bilingual dengan baik. Dia pintar, dia cekatan, dia juga sangat ceria.
Lalu datanglah berita itu, di tahun 2024. Dia ternyata menderita sakit auto-imun di mana hal tersebut mempengaruhi daya kerja ginjalnya. Tapi kau tau? Aletha adalah sosok yang ceria, bahkan dalam sakitnyapun tidak pernah sekalipun dia menunjukkan dirinya yang lemah. Bahkan ketika gosip-gosip tentang sakitnya terdengar sangat negatif, dia menghadapinya dengan sangat baik. Dia percaya bahwa untuk menjadi kuat tidak dengan cara menjatuhkan oranglain. Beberapa kali dia harus rawat inap disaat kita semua menikmati libur. Aku hanya bisa memantaunya lewat social media yang dia bagikan (itupun jarang). Ada satu momen di mana dia mengunggah story di Instagram tentang bagaimana respon orang lain tentang sakitnya menyinggung perasaannya. Aku darisitu mulai sadar bahwa orang-orang yang iri dengannya ini adalah orang-orang yang tidak memiliki hal yang Aletha miliki. Tapi Aletha tetap berdiri kuat, tetap tersenyum, walau dia harus merasakan rasa sakit di badan setiap hari, setiap malam, dengan obat-obatan yang terus harus dia minum setiap harinya.
Ketika melihat peti matinya, disitulah aku sadar bahwa dia tidak akan pernah kembali ke sini lagi. Bukan pindah kerja, bukan pindah rumah, tetapi pindah bersama dengan Tuhan untuk selamanya.
Dia rekan kerjaku, temanku minum kopi, adik kecil kami di sekolah. Kehilangannya memang sudah ada di benakku sejak bulan April, tapi aku tidak menyangka bahwa kehilangannya akan kami rasakan secepat ini. Mendengar berita kepergiannya membuat pikiranku kosong, aku tidak bisa memikirkan apa-apa selain ketidakpercayaan. Aku masih bisa merasakan jiwanya ada di sini. Aletha kami yang ceria.
Sekarang, melihat tempat duduknya, tulisannya, banyak hal tentangnya yang tidak bisa aku lihat lagi membuatku selalu ingin menangis tanpa orang-orang tahu. Sungguh, kehilangan adalah perasaan yang sangat tidak menyenangkan.
Dear Aletha,
Dear Aletha,
Terima kasih sudah berjuang. Terima kasih karena kamu sudah memenangkan pertarungan di dunia. Tuhan sangat menyayangimu. Tuhan tidak mau kamu merasakan sakit yang luar biasa di dunia ini. Tuhan tahu bahwa tempat untuk orang yang luar biasa seperti kamu adalah Surga-Nya. Kamu udah ngga sakit lagi, kamu bisa makan makanan yang paling kamu inginkan di sana. Kamu juga udah bisa tidur dengan enak sekarang di sisi Tuhan, ngga usah khawatir bakal sakit pinggang atau sakit sendi. Kekhawatiranmu tentang pernikahan yang katamu tidak semudah itu, kamu juga sudah tidak perlu khawatir lagi karena aku yakin, pasanganmu di sini akan bahagia demi kamu. Terima kasih untuk waktu yang sangat singkat yang kita lalui bersama, aku tidak sedekat itu denganmu untuk tahu tentang keluhan-keluhan dan rasa kesepianmu, tapi aku cukup dekat untuk tahu bahwa kamu adalah sosok yang luar biasa. Tenang dan damai di sana ya, kami akan sangat merindukanmu, tapi bukan untuk memberatkanmu. We miss you, I miss you, and I will always remember the time we spent together. I am sorry for everything I've done to you when you were still here, I also forgive you for everything. Please watch us from there, so we can see you afterlife. Good night forever, sweet girl.