Lebih bersabarlah terhadap diri sendiri
Akhir-akhir ini pikiranku memang sedikit agak kacau. Semuanya berputar mengelilingiku dan malah menumbuhkan perasaan tak keruan yang tak hentinya menyerangku. Aku, mungkin kurang bersabar dengan diriku sendiri. Kebiasaan lama yang seharusnya sudah kuubah, bahwa aku seharusnya berhenti menuntut diriku sendiri dan membuat hatiku bekerja extra time. Melelahkan memang. Terlalu melihat orang lain itu sungguh melelahkan. Aku yang seharusnya terfokus pada pengupgrade-an diri, malah terfokus pada pertanyaan 'Mengapa' tentang orang sekitar dan kebahagiaan mereka. Hidupku bukan tentang mereka, tetapi tentang diriku. You should treasure yourself more, Lha. No one else can do the job, it's only you.
Seorang teman menyarankanku untuk membobol tembok yang kubangun sangat kokoh padahal menggerogoti diriku sendiri. Aku... tidak tahu bagaimana caranya. Tembok ini begitu kuat, saking kuatnya aku tidak bisa mencegah mesin defense otomatis yang kukeluarkan tatkala perasaan-perasaan tidak penting dalam diri malah tumbuh bersemi. Mencintai sesuatu itu beresiko rasa sakit. Ya, memang. Dan tembok yg kubangun kokoh ini melindungiku dari merasakan delusi kosong yang kuciptakan sendiri.
Tapi, itu salah.
Aku sering marah pada diriku sendiri, dan percayalah betapa seringnya self-esteemku tak terkontrol dengan parah dan membuat mood swingku meliar.
Aku menyerah pada dia yang sudah secara tidak langsung menempati ruang dihatiku selama kurang lebih satu tahun. Saat kamu mulai menyukai dia, saat itulah aku menyerah. Aku menyerah.
Dan, hello. Sudah sekian lama ya. 5 tahun loh. Tuhan pasti punya tujuan mengapa kamu hadir kembali. Akan kucari tujuan itu, semoga baik ya.
Aku akan lebih bersabar dengan diriku sendiri.
Seorang teman menyarankanku untuk membobol tembok yang kubangun sangat kokoh padahal menggerogoti diriku sendiri. Aku... tidak tahu bagaimana caranya. Tembok ini begitu kuat, saking kuatnya aku tidak bisa mencegah mesin defense otomatis yang kukeluarkan tatkala perasaan-perasaan tidak penting dalam diri malah tumbuh bersemi. Mencintai sesuatu itu beresiko rasa sakit. Ya, memang. Dan tembok yg kubangun kokoh ini melindungiku dari merasakan delusi kosong yang kuciptakan sendiri.
Tapi, itu salah.
Aku sering marah pada diriku sendiri, dan percayalah betapa seringnya self-esteemku tak terkontrol dengan parah dan membuat mood swingku meliar.
Aku menyerah pada dia yang sudah secara tidak langsung menempati ruang dihatiku selama kurang lebih satu tahun. Saat kamu mulai menyukai dia, saat itulah aku menyerah. Aku menyerah.
Dan, hello. Sudah sekian lama ya. 5 tahun loh. Tuhan pasti punya tujuan mengapa kamu hadir kembali. Akan kucari tujuan itu, semoga baik ya.
Aku akan lebih bersabar dengan diriku sendiri.