Mungkin harus sabar
Kadang akan ada saat di mana kamu merasa tidak sabar dalam segala hal di dalam hidup ini. Bukan, sekali lagi ini bukan tentang rasa syukur tetapi keinginan yang membuncah dan terkadang merepotkan.
Contohnya adalah, ketika kamu memilih diam--mungkin untuk selamanya-- tentang perasaanmu kepada seseorang yang sepertinya cukup lama kamu pendam. Ada perasaan lelah, tetapi kamu tidak sabar. Kamu mungkin sudah tau jawabannya, tetapi kamu masih saja tidak sabar. Ketika dalam posisi itu, sebetulnya apa yang sebaiknya dilakukan?
Menangis mungkin ada di pilihan paling atas mengenai hal yang paling pantas dilakukan. Tapi, terkadang yang kamu lakukan adalah merasa kesal, sampai pada saat di mana kamu akan membenci dirimu sendiri. Perasaan seperti itu sungguh merepotkan. Tidak sabar untuk mengetahui, dan walaupun sudah tahu, tidak sabar untuk mencoba agar yg diinginkan tetap tercapai bagaimanapun caranya. Allah selalu tau bagaimana caranya membolak balikan hati. Entah do'a siapa yang menang, usaha siapa yang paling keras, dan perasaan mana yang lebih besar. Allah... Maha membolakbalikan hati.
Aku terlalu banyak mendengar dan berpikir. Dengan mendengar cerita tentang bagaimana seseorang yang lain justru jauh lebih tidak sabar dari diriku sendiri. Aku mulai merasa jahat, dan benar-benar menyebalkan.
Mungkin usahanya lebih besar, perasaannya lebih membuncah, do'anya lebih kuat... aku mulai merasa kalah. Apalah aku di matanya. Aku mulai merasa sangat ingin menghapus perasaan yang terus tumbuh bersemi.
Aku benci. Saat aku mulai ingin menghapusnya, dia tersenyum begitu tulusnya, tertawa dengan lepas, menjadi dirinya sendiri. Hatiku memberontak dan pemberontakannya melelahkan. Aku mulai sangat tidak sabar lagi. Ini sungguh melelahkan. Berhenti menjadi seseorang yang mengagumkan hei kamu. :(
Mungkin aku harus lebih sabar lagi, membunuh setiap perasaan rindu yang terus membuncah, menghentikan segala aktifitas otak mengenai dirinya, mencoba membencinya. Mungkin harus begitu.
Semoga hatiku tak memberontak lagi.