You will be happy...
Sesuatu yang berlebihan itu memang tidak pernah baik. Apapun takarannya, jika berlebihan efeknya memang tidak pernah baik. terlalu bahagia, terlalu kenyang, terlalu pintar, terlalu malas, terlalu berpikir...terlalu patah hati. Semuanya tidak baik. Bahkan jika kita terlalu mencintai juga hasilnya tidak akan baik.
Jatuh cinta itu mudah, melepas itu tidak pernah mudah. Aku sudah sering sekali kehilangan sebuah hati. Walau mereka berada di dekatku, tapi kutau bahwa hati mereka sudah tidak bersama denganku. Dan percayalah, untuk kehilangan hati kembali, aku masih belum siap. Aku terlalu sering mengeluh dan meragukan kekuatan doa-doa yang sering kupanjatkan kepada-Nya. Meragukan kekuatan dan janjinya akan bahagia. Sampai detik ini, apa yang ada dihadapanku adalah hal-hal yang berlebihan. Terlalu banyak khawatir, terlalu takut...terlalu mencintai. Aku kadang mulai berpikir bahwa porsiku untuk melakukan hal-hal yang berlebihan itu akan habis pada masanya, tapi rupanya yang habis malah akal sehatku untuk berpikir secara normal seperti orang lain.
Tubuhku sudah mulai memberi respon negatif dari hal-hal berlebihan yang kulakukan dan sudah saatnya aku harus berhenti. Berhenti berpikir, berhenti melakukan sesuatu yang berlebihan dan... berhenti mencintai. Tubuhku lelah, batinku lebih lelah lagi. Aku sering kali kebingungan menentukan skala prioritas untuk diriku sendiri dan pada akhirnya aku melakukan beberapa hal secara berlebihan, sesuatu yang pada dasarnya bisa kulakukan pada takarannya.
Aku sudah tidak mau kehilangan lagi. Aku juga sudah tidak mau tertinggal lagi. Kau tau bagaimana rasanya menjadi seseorang yang selalu tertinggal jauh di belakang?
Ketika orang lain bercerita tentang kebahagiaan, yang kulakukan hanya tersenyum dan mengenang kenangan-kenangan lalu yang membuatku bahagia. Kau tau, kenangan itu hal yang sudah tertinggal di masa lalu, dan sekeras apapun aku berusaha mengembalikan keadaan, setiap menitnya dunia berputar ke depan, tidak pernah sekalipun berputar ke belakang. Setiap detiknya, menitnya, jam, hari, minggu, tahun... dunia tidak pernah sekalipun memutar porosnya berbalik arah. Pada hakikatnya hidup adalah bagaimana kamu berjalan ke depan, bukan diam di tempat atau bahkan berjalan ke belakang.
Aku tidak hanya terlalu mencintai, tapi juga terlalu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa orang lainpun sedang berusaha bergerak maju dariku dan seharusnya aku merelakannya. Aku hanya iri, mengapa selalu aku yang tertinggal. Mengapa mereka bersikeras untuk bergerak maju dariku. Sebuah keadaan kah? Atau memang sudah lelah denganku yang seperti ini?
Aku sudah tidak mengerti lagi dengan keadaan diriku sendiri. Aku sangat mencintainya dan itu benar-benar nyata. Sudah lebih dari beberapa tahun dan itu masih sama. Keberadaannya sedikitpun tidak pernah bergeser dari posisi nomor satu. Aku mengutamakan kebahagiaannya, takut jika dia terluka, menghawatirkannya terlalu berlebihan (walau akhir-akhir ini dia sadar sikapku yang begini dan mulai berkata padaku untuk tidak berlebihan melakukannya) dan tak pernah sedikitpun berkurang. Kapan saatnya aku ada di posisi seperti itu di hatinya? Mengapa selalu ada orang lain yang menempati posisi itu? Mengapa selalu orang lain yang mematahkan hatinya sementara aku di sini berjuang untuk tetap membuatnya bahagia... Apa hal ini juga termasuk hal yang berlebihan? Apa sedikitpun, keberadaanku tidak pernah terlihat?
Aku akan bahagia. pasti akan bahagia. Walau sampai detik ini aku masih mempertanyakan kapan hal itu terjadi, karena tahun ini yang sudah berjalan selama 7 bulan ini, tidak pernah menunjukan sinyal kebahagiaan padaku, aku hanya berharap hingga akhir tahun nanti akan ada sesuatu yang mengganti semua kesedihan itu menjadi sebuah kebahagiaan. Mengganti setiap sikap berlebihan itu menjadi sebuah hasil yang menyenangkan. Mengganti setiap luka itu dengan balutan kebahagiaan yang kuharapkan. Karena ya Allah... aku sungguh sudah sangat lelah. Lelah dari semuanya. Aku lelah bertahan hidup, aku lelah mengejar dalam diam, aku lelah dengan perasaan sedih yang kurasakan setiap hari. Tolong aku. Lihat aku. Apa sedikitpun tidak ada niatan darimu untuk melihatku? melihat sejenak keinginanku untuk menghapuskan kesepianmu juga? Melihat sejenak harapanku untuk menghentikan rantai kesedihan yang selalu mengitarimu? Tolong aku... aku juga ingin bahagia.
Sesungguhnya orang yang ragu berkata "salah gak sih" adalah orang yang sebenarnya sudah tau jawaban dari keraguannya tetapi tetap bebal dengan pilihannya" - FaMembaca kalimat ini di salah satu blog favourite rasanya seperti tertrigger hahaha. Aku sering kali bertanya pada diriku sendiri bahkan bertanya pada orang lain, apa keputusanku untuk terus menunggu, memendam dan berdiam diri seperti ini adalah pilihan yang tepat. Sering kali aku bebal, hanya ingin mendengarkan pendapat yang ingin kudengar saja dan mengacuhkan jawaban-jawaban yang mungkin tepat. Sekali lagi, terlalu mencintai juga bukan hal yang baik, apalagi kamu tidak berkeinginan untuk mengungkapkannya sama sekali. Orang bilang itu adalah hal yang bodoh, bagiku itu adalah hal yang berat.
Jatuh cinta itu mudah, melepas itu tidak pernah mudah. Aku sudah sering sekali kehilangan sebuah hati. Walau mereka berada di dekatku, tapi kutau bahwa hati mereka sudah tidak bersama denganku. Dan percayalah, untuk kehilangan hati kembali, aku masih belum siap. Aku terlalu sering mengeluh dan meragukan kekuatan doa-doa yang sering kupanjatkan kepada-Nya. Meragukan kekuatan dan janjinya akan bahagia. Sampai detik ini, apa yang ada dihadapanku adalah hal-hal yang berlebihan. Terlalu banyak khawatir, terlalu takut...terlalu mencintai. Aku kadang mulai berpikir bahwa porsiku untuk melakukan hal-hal yang berlebihan itu akan habis pada masanya, tapi rupanya yang habis malah akal sehatku untuk berpikir secara normal seperti orang lain.
Tubuhku sudah mulai memberi respon negatif dari hal-hal berlebihan yang kulakukan dan sudah saatnya aku harus berhenti. Berhenti berpikir, berhenti melakukan sesuatu yang berlebihan dan... berhenti mencintai. Tubuhku lelah, batinku lebih lelah lagi. Aku sering kali kebingungan menentukan skala prioritas untuk diriku sendiri dan pada akhirnya aku melakukan beberapa hal secara berlebihan, sesuatu yang pada dasarnya bisa kulakukan pada takarannya.
Aku sudah tidak mau kehilangan lagi. Aku juga sudah tidak mau tertinggal lagi. Kau tau bagaimana rasanya menjadi seseorang yang selalu tertinggal jauh di belakang?
Ketika orang lain bercerita tentang kebahagiaan, yang kulakukan hanya tersenyum dan mengenang kenangan-kenangan lalu yang membuatku bahagia. Kau tau, kenangan itu hal yang sudah tertinggal di masa lalu, dan sekeras apapun aku berusaha mengembalikan keadaan, setiap menitnya dunia berputar ke depan, tidak pernah sekalipun berputar ke belakang. Setiap detiknya, menitnya, jam, hari, minggu, tahun... dunia tidak pernah sekalipun memutar porosnya berbalik arah. Pada hakikatnya hidup adalah bagaimana kamu berjalan ke depan, bukan diam di tempat atau bahkan berjalan ke belakang.
Aku tidak hanya terlalu mencintai, tapi juga terlalu takut untuk menghadapi kenyataan bahwa orang lainpun sedang berusaha bergerak maju dariku dan seharusnya aku merelakannya. Aku hanya iri, mengapa selalu aku yang tertinggal. Mengapa mereka bersikeras untuk bergerak maju dariku. Sebuah keadaan kah? Atau memang sudah lelah denganku yang seperti ini?
Aku sudah tidak mengerti lagi dengan keadaan diriku sendiri. Aku sangat mencintainya dan itu benar-benar nyata. Sudah lebih dari beberapa tahun dan itu masih sama. Keberadaannya sedikitpun tidak pernah bergeser dari posisi nomor satu. Aku mengutamakan kebahagiaannya, takut jika dia terluka, menghawatirkannya terlalu berlebihan (walau akhir-akhir ini dia sadar sikapku yang begini dan mulai berkata padaku untuk tidak berlebihan melakukannya) dan tak pernah sedikitpun berkurang. Kapan saatnya aku ada di posisi seperti itu di hatinya? Mengapa selalu ada orang lain yang menempati posisi itu? Mengapa selalu orang lain yang mematahkan hatinya sementara aku di sini berjuang untuk tetap membuatnya bahagia... Apa hal ini juga termasuk hal yang berlebihan? Apa sedikitpun, keberadaanku tidak pernah terlihat?
Aku akan bahagia. pasti akan bahagia. Walau sampai detik ini aku masih mempertanyakan kapan hal itu terjadi, karena tahun ini yang sudah berjalan selama 7 bulan ini, tidak pernah menunjukan sinyal kebahagiaan padaku, aku hanya berharap hingga akhir tahun nanti akan ada sesuatu yang mengganti semua kesedihan itu menjadi sebuah kebahagiaan. Mengganti setiap sikap berlebihan itu menjadi sebuah hasil yang menyenangkan. Mengganti setiap luka itu dengan balutan kebahagiaan yang kuharapkan. Karena ya Allah... aku sungguh sudah sangat lelah. Lelah dari semuanya. Aku lelah bertahan hidup, aku lelah mengejar dalam diam, aku lelah dengan perasaan sedih yang kurasakan setiap hari. Tolong aku. Lihat aku. Apa sedikitpun tidak ada niatan darimu untuk melihatku? melihat sejenak keinginanku untuk menghapuskan kesepianmu juga? Melihat sejenak harapanku untuk menghentikan rantai kesedihan yang selalu mengitarimu? Tolong aku... aku juga ingin bahagia.