Mungkin separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh...

 Mungkin separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh... 

Ada celah di mana separuh itu akan terus tertinggal di sana bersama dengan memori yang kucoba kubur. Semakin hari, terkadang aku merasa bahwa aku memiliki ingatan photografi, di mana sampai hari ini, setiap perkataannya, setiap apa yang terjadi, setiap tawa, setiap tangis yang kualami masih tergambar dengan sangat jelas seperti sebuah video yang belum usang. 

Mungkin separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh... 

Ada celah di mana separuh itu mungkin sudah hancur berkeping-keping dan tidak bisa kuselamatkan. Walau aku terus menerus mencoba untuk membuatnya utuh kembali, tetapi separuh itu tidak pernah bisa terselamatkan. Ia masih tertinggal di sana bersama dengan senyumnya, marahnya, tawanya. Sampai detik ini, semuanya masih tergambar dengan jelas seperti sebuah photo yang baru saja dicetak. 

Mungkin separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh... 

Tetapi mungkin hari ini, Ia sudah menemukan keutuhannya. Walau aku masih separuh, aku yakin dia akan terus berusaha untuk menjadi utuh dengan menggantikan kehadiranku dengan oranglain yang lebih bisa membahagiakannya. dan di sinilah aku, hanya separuh yang terus kucoba lindungi agar tidak berkurang lagi. 

Entah kapan, entah bagaimana caranya semuanya ini bisa kembali menjadi utuh. Entah bagaimana caranya, aku juga bisa melupakannya, melupakan semua kenangan yang masih tergambar dengan sangat jelas. Aku hanya terus mencoba dan mencoba menepis semua perasaan ini, berharap aku bisa kembali utuh ketika seseorang yang baru datang dan mencoba mengisi kekosongan itu. 

Tapi mungkin, separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh... 

Karena ketika kumemejam mata, atau ketika aku membuka mata di pagi hari, ada kejutan flash back yang selalu menghampiri ketika aku baru saja membuka mata. Entah caranya menyapaku di pagi hari, atau senyumnya yang sering kali kurindukan. Aku tau, aku tidak akan pernah menjadi utuh kembali karena hatiku masih tertinggal di sana. 

Aku hanya mengerti, dia yang tidak pernah bisa sendirian hari ini pasti sudah menemukan dia yang bisa mengisi kekosongan setelah kepergianku di kehidupannya. Dia yang tidak pernah bisa sendiri itu, sudah kembali menjadi utuh dan memberikan keutuhannya pada orang lain yang menurutnya lebih pantas. Sementara aku hanya dapat memandangnya dari jauh, memeluk dengan erat separuh aku yang kutinggalkan di sana. 

Terkadang, akupun ingin kembali utuh. Aku ingin kembali menjadi satu kesatuan penuh dan memberikan kepenuhanku pada seseorang yang kini bersedia menerimaku apa adanya. 

Aku yang separuh ini, apakah akan bisa menjadi utuh dengan kehadiran Ia yang baru? 

Aku yang separuh ini, apakah bisa kembali bahagia? 

Aku yang separuh ini, apakah bisa kembali melukis tawa tulusku lagi? 

Aku tidak tahu. 

Sebuah drama bilang bahwa kenangan itu seharusnya memudar dan kehilangan warnanya seiring berjalannya waktu, dan apa yang harus kita jalani dan menjadi penting adalah kita hari ini dan di masa depan. Sementara sampai detik ini, kenangan-kenangan itu masih menghantui aku. Masih mengejarku, masih menuntutku untuk kembali melihat ke belakang. Sementara dia mungkin sudah maju ke depan, meninggalkan separuhku yang kutinggalkan di sana. Memori yang seharusnya pudar dan kehilangan warna itu, malah terus berwarna dan tercetak seperti album kenangan. 

Mungkin, separuh itu tidak akan pernah menjadi utuh... 

Popular Posts