Langkah yang seharusnya melaju
Terkadang, jika kita tiba-tiba berada di sebuah persimpangan jalan, kita akan merasa kacau. Entah itu merasa bingung atau malah ingin kembali ke titik semula. Bahkan keinginan hati mengalahkan logika, bahwa jalan yang bersimpangan tidak akan menemui ujungnya. Langkah yang terhenti, nafas yang tak jarang tercekat, pikiran yang kalut, berdiri di antara beberapa pilihan hidup dan tak mampu melangkahkan kaki.
Aku hanya ingin mempunyai ketenangan jiwa ketika membuka mata di pagi hari. Tak ada lagi perasaan tercekat karena takut dengan apa yang akan terjadi seharian itu, atau takut untuk melangkah keluar dari masa yang seharusnya sudah usai. Perasaan ini menakutkan. Aku selalu merasa sesak. Langkahku tak lagi setegap dulu ketika harus menghadapi masa depan. Aku semakin merasa hidupku tidak mengarah ke arah yang seharusnya--ekspektasiku.
Dalam sebuah status sosial media yang pernah aku tuliskan bertahun-tahun yang lalu, aku pernah menuliskan hal seperti ini,
"hidup itu dimana kamu bisa berjalan sambil melihat kesegala arah.. masa lalu untuk acuan dan masa depan untuk tujuan, dan yang sedang kau jalani adalah proses..."
Aku hanya termenung membaca kalimat ini, kalimat yang aku keluarkan sendiri ketika mencoba membantu teman yang sedang terpuruk. Betul kata orang lain, lebih mudah untuk menyemangati orang lain daripada menyemangati diri sendiri. Aku memberi saran pada orang lain untuk melihat ke segala arah sementara hari ini aku tidak tahu arah mana harus kulangkahkan kaki ini. Semuanya terasa berat. Tahun ini, sungguh berat.
langkah yang seharusnya melaju ke depan, dan menjadikan masa lalu hanya sebagai turning point, bukan sebagai tujuan lagi, telah mengakibatkan perasaan cemas yang terkadang tidak bisa aku atasi setiap harinya. Apakah ini yang disebut dengan middle-age crisis? Aku tidak tau lagi.
Seharusnya hal ini bisa kuatasi karena ini bukan kali pertama aku merasa seperti ini. Tetapi ketika dihadapkan dengan situasi yang sama, kita bisa tiba-tiba hilang ingatan bagaimana untuk mengatasinya.
Aku lelah.
Aku benar-benar sedang tidak ingin berjalan kemana-mana. Tidak melaju ke depan, tidak melangkah ke belakang, tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ingin berada di sini. melihat aku hari ini. melihat mereka hari ini. Karena manusia adalah mahluk yang dinamis, yang pemikiran, hati dan sikap yang akan terus berubah seriring berjalannya waktu. Tidak stagnan. Hari ini mereka bisa berjanji, besok mereka bisa ingkar. Hari ini mereka ingkar, bisa jadi besok mereka akan lebih commit. Semua berubah, terus menerus berubah. Tidak pernah berdiri di titik yang sama. Termasuk aku.
Langkah yang seharusnya melaju kini sedang kupaksa untuk diam. Diam, dan mencerna semuanya agar lebih baik lagi. Kuharap aku bisa melewatinya.