Sebuah rasa
Terkadang aku hanya ingin menuliskan apapun yang muncul di kepalaku tanpa harus memikirkan plot apa yang sebenarnya ingin aku sampaikan di sini. Terkadang hal yang paling aku inginkan adalah rasa lega setelah semua yang ada di kepalaku tidak lagi hanya tinggal di sana tanpa tau harus kabur ke mana kalimat-kalimat itu. Ternyata aku hanya ingin merasa lega dengan apapun itu.
Perasaan-perasaan yang seharusnya tidak aku rasakan lagi itu seharusnya sudah aku buang saja dan aku simpan di tempatnya yaitu masa lalu, tapi entah mengapa perasaan itu tidak pernah mau pergi dan terus mengekor. Apa mungkin karena aku masih mengijinkan perasaan itu tetap tinggal? Seharusnya kutinggalkan saja perasaan-perasaan itu di belakang, bersamaan dengan luka-luka yang seharusnya bertempat di masa lalu bukan di masa sekarang. Tetapi seperti biasa, ketika mataku memejam, semua seperti kilasan balik yang sama persis seperti dahulu. Rasa sakit, rasa bahagia, rasa pilu, dan semua rasa yang tidak seharusnya ada di sini sekarang masih saja berbentuk sama persis seperti kemarin. Tidak ada perubahan sama sekali. Kau tau berapa kali aku merasa diriku bodoh karena ini, apakah kebodohan ini akan terus di sini?
Aku sendiri bingung harus seperti apa. Aku iri. Banyak hal membuatku iri. Mengapa orang lain bisa dengan mudah memiliki rasa baru dan meninggalkan perasaan lama di belakang tanpa merasa bersalah dan tanpa merasakan apapun seolah apa yang sudah terjadi itu tidak pernah terjadi sama sekali, seolah itu tidak pernah di sana. Di mana aku bisa belajar seperti itu? Mengapa aku kesulitan? Apa yang sebenarnya menghalangiku untuk bergerak maju? Apa itu diriku sendiri? Sungguh. Aku lelah. Sampai kadang kupikir air mataku tidak bisa menetes lagi tetapi dadaku masih sakit. Rasa sayang ini, rasa cinta ini, seharusnya aku akhiri dan kusimpan rapat-rapat di masa lalu karena memang tempatnya sudah bukan lagi di sini. Aku ingin sekali meninggalkan sebuah rasa itu di belakang. Ada yang bisa mengajariku?
2022.
Dan hatiku masih tertinggal di 2020.
Satu tahun sudah berlalu, upayaku gagal. hehe.
Kulihat semua yang sudah tidak bersamanya sebelum aku dan sesudah aku sudah bisa bergerak lagi dengan hidup mereka dan berbahagia seolah apa yang terjadi pada mereka tidak pernah ada. Aku sungguh iri, aku juga ingin seperti mereka... Mengapa aku masih di sini? Mengapa aku tetap tinggal padahal banyak yang dilakukannya hanya untuk keuntungan dia pribadi tetapi mengapa aku tetap tinggal?
Apakah aku seorang Peter Parker di Spiderman No Way Home yang percaya bahwa dibalik orang yang jahat dan sering menyakiti orang lain, ada sosok baik yang menunggu gilirannya untuk bersinar. Dia mungkin tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukannya itu menyakitiku, mungkin dia merasakannya tetapi tidak tahu harus seperti apa agar rasa sakit itu cepat hilang. ya, dia pasti tahu setidak adil apa sikapnya padaku.
Aku iri.
Mengapa aku tidak mendapatkan kebahagiaan yang sama.
Mengapa aku tidak mendapatkan afeksi yang sama.
Mengapa hanya aku yang diperlakukan kurang baik?
Apa yang kulakukan sehingga aku tidak diperlakukan yang sama? Padahal akulah yang paling berusaha untuk menyenangkan dia, menyenangkan semua orang. Aku selalu ada.
Apa yang salah di sini?
banyak sekali sampah di kepala ini. aku tidak tau lagi harus menulis seperti apa.
rumit.
aku tidak tau lagi harus bagaimana.
banyak sekali kesalahan, banyak sekali rasa sakit yang belum bisa sembuh, aku tidak tahu harus seperti apa lagi.
aku capek.
2022 ini mungkin memang hanya 2020 versi dua.
tidak ada bedanya.