Anggaplah aku sedang bercerita padamu

Aku ingin bercerita di sini seolah-olah aku sedang bercerita padamu. Ingatkah? Sepertinya aku menjadi paling bawel ketika berhadapan denganmu. Tidak ada satu momenpun terlewat untuk tidak kuceritakan padamu. Mungkin terkadang ceritaanku membuat kamu jengkel juga tapi hebatnya kamu tetap mendengarkan aku. Aku sampai hapal komentarmu tentang keluhanku, 

"sabar..."

Katamu. 
Kadang kalau sedang jengkel aku bisa kesal dan menyesal mengapa aku harus bercerita padamu yang responnya saja selalu seperti itu, datar dan kadang terlalu straight forward. Tapi, bagiku rumahku rasanya masih saja kamu, despite you are no longer mine. Kau tau? Akhir-akhir ini aku selalu rajin berolahraga badminton, tadinya inginku aku juga masih bisa lari sore, tapi sepertinya sudah sulit. Waktu masih bisa komunikasi sama kamu dan kita masih sama-sama, aku selalu senang karena olahraga rutinku dilaksanakan dengan kamu. Kamu selalu bilang bahwa walaupun kita banyak makan, at least kita harus masih olahraga. Kata kamu, biar tetap sehat. Kadang aku juga kangen kamu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Oh iya, guru-guru di sini kadang masih suka inget sama kamu loh! Kadang lucu karna mereka terdengar sangat kehilangan, kamu sangat baik memperlakukan mereka sampai-sampai mereka sangat menyayangkan kepergianmu dari tempat kerja ini. Mungkin bagimu ini hal yang biasa saja, tapi mendengar namamu selalu disebut setiap hari, tidak ada satu haripun aku pernah lupa keberadaan kamu. Lucu bukan? Padahal aku sendiri yang berkata padamu bahwa kita harus menjadi asing satu sama lain, tapi di sisi lain ternyata aku yang sangat membutuhkanmu. Aku seperti sedang menelan ludahku sendiri, bahwa terkadang ketika aku tidak punya kesibukan apapun, hal yang kuingat adalah bagaimana aku banyak menghabiskan waktuku untuk menunggumu menghampiriku hanya untuk sekedar mendengarkan keluhanku yang sebenarnya itu-itu saja. 

Banyak. Banyak sekali yang sebenarnya ingin aku ceritakan padamu. Tentang bagaimana dosenku di semester tiga ini aneh sekali, setiap minggu selalu memberikan komentar negatif kepada kita dan aku terkadang bad mood karena dia. Tapi aku menjalaninya, karena kamu bilang aku harus mampu menyelesaikan apa yang aku mulai. Walau setiap momennya berat, tapi kamu bilang dan kamu percaya bahwa aku bisa melakukannya. Entah, padahal sebenarnya perlakuanmu biasa saja, tapi setiap perubahan dalam hidupku rasanya ada kamu di dalamnya. Aku tidak pernah suka untuk bersolek, tapi bertemu dan berinteraksi denganmu membuatku sadar bahwa aku juga harus memperhatikan penampilanku. Aku sangat sering tidak sabar dengan sesuatu. Kamu paling hapal bahwa aku terlalu cepat panik, bahkan katamu panikku ini menyebalkan. Lalu aku belajar untuk lebih tenang, aku belajar untuk tidak cepat menyimpulkan sesuatu dan menanggapi sesuatu dengan kepala dingin. Karena kata kamu, ketika kita panik, kita jadi tidak bisa apa-apa. Kamu benar, entah mengapa kamu selalu benar. 

Kamu memang tidak pernah melakukan hal yang terlalu spesial sampai-sampai aku sulit untuk melupakanmu, tetapi hal-hal yang kubutuhkan selalu kamu sediakan sebelumnya. Ketika aku menangis karena perlakuan buruk atasan, kamu membuka lebar lenganmu dan memelukku sambil mengusap kepalaku, berkata bahwa aku sudah melakukan yang terbaik. Itu bukan hal yang spesial, tapi itu adalah hal yang sangat aku butuhkan. Kamu selalu begitu, perlakuanmu tidak pernah berubah. Kamu memang tidak pernah memanjakanku, kamu juga tidak pernah memberikan hadiah-hadiah kecil yang akan membuatku luluh. Tapi kamu tidak pernah pergi ketika aku menyebalkan, ketika aku mulai berkata-kata yang buruk, sehingga aku kembali sadar bahwa apa yang aku ucapkan hanyalah semata-mata karena aku emosi. Apa yang kubutuhkan selalu kamu sediakan, bagaimana bisa aku melupakan hal-hal itu? 

Orang bilang, kekosongan yang ada di hatiku saat ini mungkin karena belum ada yang bisa menggantikan peranmu di hidupku. Selama ini, tempatmu tidak pernah bergeser sedikitpun dari posisinya, selalu berada disitu, ada ataupun tidak adanya kamu. Apakah suatu hari akan ada yang melampaui kamu? Atau aku lebih ikhlas untuk melepaskan apa yang kubutuhkan karena Tuhan tidak mengijinkanmu untuk berada disitu? 

Saat ini, aku hanya sedang berhayal aku sedang berbicara padamu, walaupun ketika kita bertemu kamu masih memberikan update tentang kehidupanmu, tapi aku sudah tidak berani bercerita apapun padamu. Posisiku sudah tidak seharusnya di sana dan aku harus mengerti. 

Selamat ya, akhirnya mimpi yang kamu idamkan selama ini tercapai. Tidak apa-apa, pelan-pelan saja, aku yakin kamu selalu bisa mendapatkan apa yang kamu impikan karena kamu adalah salah satu pekerja keras yang aku tahu. Semangat terus, semoga tidak ada yang berlaku buruk padamu, semoga kamu selalu bahagia. Semoga apapun yang kamu inginkan, cita-citakan, doakan, Tuhan segerakan. 

Aku... 
masih di sini ... 
merindukan kehadiranmu yang sudah tidak mungkin terjadi. 

Terima kasih ya. 
Khayalanku berhenti di sini. 

Popular Posts